RAKAN SIBER

Tuesday, January 19, 2010

CERITA DARI LEMBAH


Suatu pagi, kawasan hutan itu begitu damai. Masa seperti berhenti melayan bayu yang berpuput lembut. Dalam riak serba dingin kelihatan dedaun kering berguguran dalam lenggok dan lentok mengikut simfoni alam. Cahaya suria yang terserak berbalam-balam melukis garis antara celah-celah ranting dan daun yang rimbun. Semuanya begitu tenteram, pohon besar gah dengan banir gagah berurat, pohon kecil menempati ruang bernaung di bawah kanopi alam dan tumbuhan renek serta rumput rampai berliuk lentuk dengan bebas. Lanskap alam di komuniti itu begitu meriah dengan musikan fauna sahut bersahut..un-plug.

Namun, petang itu segalanya berubah, suasana bertukar jadi gawat sekali. Keadaan kejiranan pepohon telah ribut dengan berita dari cerita yang sangat menakutkan. Mereka tidak pernah berdepan dengan cerita puaka sebegini. Ribut perkhabaran apakah itu ?
Ceritanya adalah...tengah hari tadi tiba-tiba jatuh dari langit satu mata kapak dari logam sangat keras. Kilauan matanya membentuk sinar seperti kerlingan malaikat maut, sungguh mengerikan!
Pohon besar dengan banir berurat yang pertama kali melihat mata kapak itu menjerit-jerit seperti kerasukan , ”Matilah kita ! Kiamat telah datang !”
”Kapak itu akan menghentam batang kita dan pohon yang paling besar akan tumbang dan menghempap pohon-pohon kecil...” Sahut sebatang pohon kecil sambil menangis dan meratap.
”Kekerasan besinya akan meracik-racik setiap yang bernama kayu dan tidak meninggalkan saki baki untuk kita mengecapi hidup...” Sahut serimbun belukar sebelum tumbang, pengsan tidak sedarkan diri.
Rumput rumpai telah membayangkan seluruh lembah akan jadi kering bila kehangatan melampau sang matahari membakar mereka. Cahaya dan haba tidak ditapis oleh bakti pohon besar seperti sediakala... ”Alangkah malang cerita ini ..” Jerit rumput dan rumpai seperti kiamat sudah datang.
Cerita ini sungguh menakutkan setiap pohon, mereka hanya menunggu dengan nafas penuh sesak saat dan detik sang mata kapak mula menghayun.
Pergilah mereka bertemu dengan pohon yang paling tua, ia sarat dengan cerita dan pengalaman seratus tahun. Semua ingin bercakap melapurkan dan nada yang sama dari mereka, kengerian !

”Jangan risau wahai masyarakat pohon.” Ujar pohon tua penuh hikmat. Ulan-ulan tua berambu terbuai-buai mengikut lenggok bicaranya.
”Mata kapak itu tidak berupaya berbuat apa-apa kepada kita semua.”
”Dia akan kekal mereput ditelan bumi dengan karat berkeping-keping nanti...”
Sambung pohon tua dengan nada yakin. Pohon-pohon lain yang ada berasa lega, petang itu jadi manis dalam rembang sore jingga.
”Kecuali !!!” Matanya menjegil terjojol memercik larva, seluruh lembah bergaung dengan jeritannya yang keras. Dedaun kering berterbangan ke angkasa raya bersama habuk tanah dari hamburan angin kencang.
“Kecuali ada dikalangan kamu sendiri yang sanggup membiarkan dahan-dahan kalian menjadi hulu untuknya !”
“Kamu sendiri yang membiarkan dirimu diperalatkan...maka pada saat itu barulah kapak itu mempunyai kekuatan dan boleh menghayun membunuh kamu satu persatu...”
Semuanya pohon-pohon dari yang paling besar sehingga lumut melukut tunduk akur penuh ngeri, mereka tidak pasti apakah rasa yang sedang berlegar-legar kini. Adakah lega... ataukah gusar yang sukar dimengertikan.


Sepuluh tahun kemudian (pada 2020) Lembah itu telah kosong.... kini yang tinggal hanya tunggul dan puing-puing yang bersepah di merata-rata, tiada cerita penglipur lara pohon besar berbanir gagah, tiada lenggok pohon renek dengan kulit mulus, tiada rengek lumut menadah embun, tiada bunyi unggas berdikir merdu , tiada lagi semuanya kerana semuanya telah mati, semuanya telah jahanam dibedal sang kapak.
Jangan tangisi keadaan, tetapi tanyalah dahan siapa yang tergamak sehingga tega membunuh seluruh saudaranya sendiri...Pohon manakah yang menyimpan kesumat tanpa rasa bersalah merelakan diri sendiri menjadi pemusnah...Pelaburan apakah dalam merebut pengaruh sehingga akhirnya segalanya musnah. Lembah itu kian bisu dalam sejarah kian tua menyaksikan sebuah lagi kepupusan...



Allah berfirman,
”Ambillah iktibar wahai orang yang punya mata hati.”


Salam kasih sayang.


Masukkan teks seterusnya di sini

0 comments:

Post a Comment

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP